Angin pagi
menusuk tulang-tulangku. Serasa berdiri dilapisan es, udara pegunungan pagi itu
sangatlah dingin. Sungguh enak rasanya suasana seperti ini. Namun ada sesuatu
yang menggangguku. Kubalikan tubuhku menghadap ke Dapur, sesuatu yang menyengat
menusuk-nusuk hidungku. Kulihat Ibu merasakan hal yang sama.
“Udara
sedingin ini memang sehat, tapi bau aneh ini terasa tidak sehat.” Kata Ibu.
“Iya, bu.
Bau apa sih ini?” kataku. “Mungkin saja Ibu lupa membuang sampah kita.”
“Hussh... apa
kamu tidak lihat kemarin sore Ibu membuang sampah? Kalau tidak salah kamu kan
sedang asyik hujan-hujanan waktu ibu membuang sampahnya ke selokan.” Kata Ibuku
sedikit bercanda.
“Ah Ibu..
Aku kan cuma mengambil sebelah sandalku di halaman, bu!” kataku.
“Ya sudah.
Kamu coba cek ke dapur sana, biar Ibu cek ke Kamar Mandi. Ibu rasa baunya
bersumber dari sana.” Katanya lagi.
Segera
kulangkahkan kaki ini menuju dapur. Semakin menyengat rasanya bau ini.
“Bu,
sepertinya sumber bau ini berasal dari kolong meja ini deh bu!” Kataku tak lama
kemudian.
“Mana-mana?”
Ibuku seakan terburu-buru ingin melihatnya. “ih.. bau sekali!” katanya.
“Itu
seperti bangkai bu, apa iya?” tanyaku.
“Aw.. iya.
Ambil sapu cepat! Ini bangkai Tikus, cuma tersisa kepalanya saja. Pasti ini
habis dimakan kucing!” Kata Ibuku.
“Ini Bu,
sapunya.” Kataku sambil menyodorkan sapu.
Ibu segera
membuangnya ke belakang. Agak payah juga sih, udara segar menyehatkan terganggu
bangkai tikus korban perkelahiannya dengan kucing. Tapi tak apalah, aku kembali
ke halaman rumah dan melanjutkan untuk menikmati udara segar.
Selasa, 31
Desember 2013
Wahyudin.